Barak Divisi Tiga Belas
Di bagian dalam barak, bagian ujung dari lorong yang sangat
panjang, di tempat yang jauh dari gangguan suara gaduh dan huru-hara, terletak
di samping sebuah danau dan dikelilingi oleh bamboo, terdapat sebuah bangunan.
Bangunan itu adalah ruang kerja Taichou Divisi Tiga Belas.
“Hai, Hai, Aku disini!” Yachiru berteriak di pintu
bergorden.
Ukitake langsung keluar untuk menyambutnya. “Kusajishi? Dan
ini juga pertama kalinya kau datang kemari.”
“Yah, Rukia memintaku untuk membawakan ini kesini!” Ia
berkata, menunjuk pada panci di kepalanya.
“Ruki?”
“Yup, Kuchiki Rukia.”
“Oh, maksudmu Kuchiki.”
“Yup, Dia membuat ini!” Ukitake mengangkat penutupnya dan
Yachiru menjelaskan, “Itu shiratama zenzai.”
“Kelihatannya enak sekali!... Tetapi, bagaimana aku bisa
menghabiskan semuanya…”
“Aku bisa membantumu memakannya.”
“Benar juga! Aku bisa membaginya dengan Hitsugaya Taichou.”
“Ah-----!” Yachiru
terlihat sangat kecewa.
Ukitake tidak menyadari hal itu dan pergi ke dalam ruangan
untuk mengenakan Haori Kaptennya. “Kau bisa ikut bersamaku, Kusajishi,” Ukitake
tersenyum ceria dan menarik tangan Yachiru, yang saat itu sangat tidak bahagia
dan tidak mau bergerak, dan bergerak meninggalkan ruangannya.
Barak Divisi Sepuluh, Kantor Administrasi
“Ini sudah semuanya.” Hitsugaya meletakkan kertas laporan
yang menggunung dari atas mejanya ke dalam tempat mengumpul kertas – kertas
laporan.
“Oh, Hitsugaya Taichou! Waktunya tepat sekali!”
Hitsugaya menoleh ke arah suara itu berasal dan melihat
Ukitake berjalan ke arahnya melewati koridor.
“Ukitake… Taichou…” Di balik Kapten yang tersenyum tersebut
terdapat seorang lagi.”…dan Kusajishi.” Yachiru masih terlihat sangat kecewa.
“Kuchiki membuat ini. Aku datang kesini untuk membagi
sebagian bersamamu.”
“Oh. Begitu.”
Ukitake mengangkat penutup agar Hitsugaya dapat melihatnya.
Tentu saja, pancinya masih berada di atas kepala Yachiru.
“Yang ‘bagian bawah panci’ terlihat tidak senang.”
Saat Hitsugaya mengatakannya, Ukitake menyadari untuk
pertama kalinya kalau Yachiru sedang berperasaan tidak enak. Dari sudut
ketinggian orang setinggi Ukitake, pancinya menutupi wajah Yachiru sepenuhnya.
“Maafkan aku, Kusajishi!!” Ukitake mengangkat panci dari
kepala Yachiru. “Panci ini cukup berat.” Ukitake tersenyum lagi, seakan semua
masalah sudah terselesaikan. Tapi, Yachiru masih terlihat tidak senang.
(Mungkin dia pikir ‘cepatlah biarkan aku memakannya.’)
Mungkin karena sudut ketinggiannya sangat dekat dengan Yachiru, Hitsugaya cepat
mengerti apa yang Yachiru pikirkan. Tetapi, saat Hitsugaya akan membuka
mulutnya untuk memberitahukan hal ini pada Ukitake-
“Taichou, kau berbicara dengan siapa?” Pintu ruang resepsi
terbuka dan Rangiku keluar dari dalamnya, berayun – ayun saat ia berjalan.
“Oh, Matsumoto! Apa
kau mabuk?”
“Oh, kalau bukan Ukitake Taichou. Minumlah bersama kami,”
Ia berkata, menunjuk kea rah ruang resepsi.
“Oh...”
“Shuuhei membawa beberapa botol sake yang sangat bagus.”
“Kalau begitu, Aku akan meminum satu gelas!”
Rangiku tertawa dan menjawab, “Tentu saja!”
“Hei, jangan memaksa Ukitake untuk minum terlalu banyak,”
Hitsugaya menasehati Rangiku. Ukitake Taichou mungkin saja terlihat tinggi dan
gagah, tetapi sebenarnya fisiknya sangat lemah. Jika Ia memaksakan diri terlalu
keras, ia mungkin bisa dirawat selama berhari – hari. Dan itulah yang
dikhawatirkan oleh Hitsugaya…
“Panci apa itu? Apa itu milikmu?”
Kata – kata peringatannya tidak dihiraukan oleh Rangiku.
(Sial! Dia tidak mendengarkan sama sekali!) Di samping kenyataannya Ia
berteriak dalam hati, ia mencoba untuk bisa mengontrol amarahnya. Ia selalu
mengulangi pada dirinya sendiri kalimat, ‘hanya anak kecil yang cepat marah
pada hal – hal sepele,’ untuk menenangkan dirinya… tetapi saat ia bersama
Rangiku, terkadang tidak ada cara untuk bisa menekan amarahnya.
“Ah, kelihatannya
enak!” Rangiku berkata.
“Kudengar kalau Kuchiki yang membuatnya,” kata Hitsugaya.
“Kuchiki yang membuatnya?”
Ukitake menjawab, “Ya.”
“Apakah tidak apa
kita juga memakannya?”
“Tidak masalah. Ini lebih dari cukup untuk kita semuanya
disini. Aku akan membawa kembali sebagian ke Divisi Tiga Belas sendiri.”
“Kalau begitu, kita
tidak mungkin berdiri untuk merayakannya! Ayo masuk. Rangiku membuka pintu dan
menghantar Ukitake masuk. “ Dan Taichou juga harus masuk.”
“Tidak, aku…”
“Ayolah!” Rangiku
mendorong masuk Hitsugaya juga. “Kusajishi, apa yang kau marahkan? Aku akan
mambagi sebagian milikku untukmu. Ayo.”
Hanya dengan satu kalimat itu, Yachiru mulai tersenyum
kembali. “Baiklah, aku ingin semangkuk penuh, dan juga setinggi gunung.”
“Oke, setinggi
gunung!”
“Benar sekali!”
Setelah semuanya masuk, Rangiku
pergi untuk membawa beberapa mangkuk dan peralatan makan dari Dapur Divisi
Sepuluh.