Pusat Pengobatan Umum, Lantai dua, Dapur
Aroma manis memenuhi setiap sudut ruangan.
“Sudah selesai…!” Rukia melepaskan topinya dan menghela
nafas panjang. Sepanci penuh dengan shiratama zenzai berada di depannya.
“Oh, bukankah itu Rukia?”
Fukutaichou Divisi Enam, Abarai Renji, telah tergoda ke tempat ini karena
aromanya. Meskipun dibalik tato – tato dan sikapnya, orang – orang tidak dapat
mengira kalau Renji sangat menyukai makanan manis.
“Renji! Ada apa?”
“Itu kata – kataku! Aroma
apa ini? Apa yang kau buat?” Ia melangkah mendekati Rukia dan bertanya, “Ini
bubur kacang manis?”
“Ini shiratama
zenzai. Aku membawa tepung dari Dunia Manusia. Rasanya sangat enak! …Aku ingin
Nii-sama merasakannya juga.”
“Hm.. kalau begitu,
biarkan aku merasakannya lebih dulu!”
“Apa?! Apa kau
bilang?!”
Renji membuka lemari terdekat dan mengambil sebuah mangkuk
kecil. “Aku tidak bisa membiarkan Taichou memakan makanan sembarangan. Ini
tugasku sebagai Fukutaichou-nya.!” Ia mengambil beberapa sendok bubur itu ke
mangkuk dan menyeruputnya sebelum Rukia sempat bicara. Adonan yang lembut dan
licin dengan pasta kacang manis yang dimasak dengan benar…
“Whoa, ini benar –
benar enak!” Kata Renji dengan tidak percaya. Mereka dulu berteman baik saat tinggal
bersama di Inuzuri, distrik ke -78 di Rukongai Utara. Saat itu, keahlian
memasaknya sangat buruk dan cukup untuk membuat seseorang menemui ajalnya, jadi
Renji tidak pernah membiarkan Rukia memasak lagi. (Rukia benar – benar bisa
memasak sesuatu seenak ini…) Renji menjadi sedikit tersentuh.
“Apa yang coba kau
lakukan? Memakan semuanya sendirian?” Rukia benar – benar salah paham dan mulai
mencari sesuatu untuk menaruh shiratama-nya.
“Tapi, Rukia.”
“Ada apa?”
“Kuchiki Taichou
suka makanan yang pedas,” kata Renji saat Rukia kembali sambil membawa sendok.
“Apa?! Benarkah?!
“Aku tidak akan
mendapatkan apapun walau aku berbohong.”
Rukia meletakkan sendoknya dan menyatukan kedua tangannya,
berfikir. “Tapi… Aku tidak pernah merasa kalau makanan Klan Kuchiki itu pedas.”
“Benarkah? Apa kau yakin tidak ada yang salah dengan
lidahmu?”
Wham!
“Ow!!” Renji tidak dapat menahan teriakannya saat ia
ditendang bokongnya oleh Rukia.
Rukia kembali mengingat dengan tenang, bertingkah seperti
tidak ada yang terjadi. “Mungkin mereka menggabungkan makanan manis dengan
makanan pedas?”
“Kau tanya saja pada
koki – koki Klan Kuchiki.”
Rukia menganggukkan kepalanya ke Renji, yang masih mengelus
bokongnya. “Benar. Renji! Tetap disini dan jaga makanannya ya!”
“Apa?! Hey! Rukia!!”
Rukia berjalan pergi tanpa menghiraukan panggilan Renji.
“Kalau begitu…”
Renji mengambil kursi dan duduk di depan panci. Panci itu penuh sampai ke
pinggir – pinggirnya. “Ini terlalu banyak. Apa yang ia ingin lakukan pada kadar
gula dalam darah Taichou?
Di sebelahnya ada sendok milik Rukia.
“Kalau aku hanya
memakan 1 mangkuk… tidak menjadi masalah, kan?” Dengan sebuah mangkuk di
tangan, Renji mulai menyiduk beberapa sendok shiratama tersebut.
Mansion Kuchiki
Dapur di mansion itu memiliki ukuran sebesar dapur yang ada
di Pusat Pengobatan. Banyak koki hilir mudik dengan kesibukan masing – masing seiring
panas menguak ke udara. Rukia meminta kepada koki penghias hidangan di dekat
pintu untuk memangggil kepala koki yang sedang bertugas saat ini. Kepala koki
yang muncul pun adalah seorang yang cukup pendek dengan berbagai macam pisau
dapur bergelantung di pinggangnya.
“Aku memiliki sebuah
pertanyaan untukmu.”
“Ya, tentang apakah?
“Aku mengira
Nii-sama suka memakan makanan manis, tetapi tadi aku mendengar bahwa ia malah
menyukai makanan pedas…”
Si koki mengangguk. “Jadi mengenai itu. Itu benar. Makanan
untuk Byakuya-sama memang lebih ke makanan yang pedas, sementara makanan untuk
Rukia-sama lebih ke makanan yang manis.”
Jadi Dia dan Renji, keduanya sama – sama benar. “Mengapa…
seperti itu?”
“Karena Byakuya-sama
yang memintanya.”
“Nii-sama Ia...”
Melihatnya sangat bingung, si koki memberikan senyum lembut
padanya. “Ini bukanlah hak kami yang berada di bawah untuk melihat maksud dari
Byakuya-sama. Tetapi saat itu, Hisana-sama juga menyukai makanan manis.”
Hisana adalah nama dari Istri Byakuya yang telah meninggal
dunia. Kenyataan bahwa Hisana, yang sangat memiliki kemiripan dengan Rukia,
adalah kakak perempuannya merupakan sesuatu yang baru diterimanya beberapa hari
ini.
Setelah membungkuk sopan pada Rukia, si koki kembali ke
dalam dapur.
(Nii-sama ternyata
sudah peduli padaku selama ini dengan caranya sendiri…) Rukia merasa seakan kekosongan
di hatinya yang telah terbentuk selama bertahun – tahun telah mulai terisi
kembali.
Rukia kini berdiri di depan gerbang depan utama, menatap
pada besarnya pintu tersebut. Ia selalu tidak menyukai tempat ini, merasa kalau
pintu itu terlalu mulia, sangat mengesankan. Kapanpun Rukia melewati pintu itu,
ia merasa sangat kecil dan tidak penting.
(Mungkin aku dapat
belajar untuk mulai menyukai pintu ini, dan rumah ini juga.)
Atap berwarna merah tua itu bersanding dengan warna biru
sang langit.
Di bawah matahari senja, seperti bersinar layaknya riak di
permukaan air.
Rukia berfikir, dari dari lubuk hatinya yang terdalam, hal
itu sangatlah indah.
Kembali ke dapur.
“Jadi, bagaimana?”
“Aku memutuskan
untuk membuat makanan yang pedas.”
Renji tiba – tiba mendepak punggung Rukia.
“Hah…! Apa, apa yang
kau lakukan?”
“Tidak ada, dah
dah!” Renji tertawa dan kemudian keluar dari dapur. “…Baguslah, Rukia,” Renji
bergumam pada dirinya sendiri saat ia berjalan di koridor.
Rukia mengutuk Renji sambil mengelus – elus punggungnya,
tetapi meskipun begitu ekspresi wajahnya mengatakan hal yang sebaliknya. Ia tau
kalau Renji tidak benar – benar bermaksud untuk “memukul”nya
(Kalau aku ingin
membuat makanan pedas… lalu apa yang harus kulakukan dengan ini…) Rukia
berfikir sambil menatapi sepanci penuh shiratama.
Karena seluruh penduduk Soul Society sedang sibuk, Rukia
masih tidak memiliki waktu untuk duduk dan berbicara dengan atasannya, Taichou
dari Divisi Tiga Belas Ukitake Juushirou. Ia mengambil panci tersebut dari
kompor dan menutupinya. Tetapi sementara ia berhenti sejenak untuk
beristirahat, shinigami pecinta makanan manis yang lain datang mencari sumber
aroma yang tercium olehnya.
“Oh, Rukia!” Shinigami baru ini sangat terlihat seperti
anak kecil, rambutnya berwana pink. Ialah Fukutaichou Divisi Sebelas, Kusajishi
Yachiru. Yachiru melambaikan tangan dan melompat ke arahnya.
“Kusajishi
Fukutaichou, selamat siang!”
“Ada yang beraroma
enak.” Ia mengendus – endus, akhirnya menemukan sumber dari aroma tersebut, dan
mengangkat tutup panci untuk mengeceknya.
“Saya membuat
shiratama zenzai.”
“Aha, kelihatannya
sangat enak!” Mata Yachiru pun bersinar. “Untuk siapa kau akan memberikannya?”
Ia bertanya sambil menarik lengan baju Rukia.
“Saya baru saja akan
membawanya ke Divisi Tiga belas…”
“Kalau begitu, aku
akan membawakannya kesana untukmu.”
“Tidak usah, saya
tidak mungkin membuat seorang fukutaichou untuk melakukan hal seperti…”
“Tidak apa apa.”
Yachiru mengambil panci berisi shiratama zenzai yang beratnya kira- kira dua
puluh kilo itu dan menaruhnya di atas kepalanya.
“Ah, Kusajishi
Fukutaichou….!”
“Serahkan saja padaku-!” Yachiru mengacuhkan keinginan Rukia
untuk menghentikannya dan langsung berlari secepat mungkin layaknya angin,
meskipun begitu, hal itu tidak membuat makanannya tumpah barang setetes pun.
Saat Rukia ingin lari mengejarnya, Yachiru sudah tak terlihat dimanapun.
ya ampuuun..aku lagi gugling nyari resep shiratama zenzai. nemu blog ini & pas kubaca ternyata Bleach xD
BalasHapusbyakuya-sama.....so cool