a Citra Kuchiki: Bleach : Honey Dish Rhapsody Part 4 -->

Sabtu, 25 Agustus 2012

Bleach : Honey Dish Rhapsody Part 4


Pusat Pengobatan Umum, Lantai dua, Dapur

Aroma manis memenuhi setiap sudut ruangan.

“Sudah selesai…!” Rukia melepaskan topinya dan menghela nafas panjang. Sepanci penuh dengan shiratama zenzai berada di depannya.

 “Oh, bukankah itu Rukia?” Fukutaichou Divisi Enam, Abarai Renji, telah tergoda ke tempat ini karena aromanya. Meskipun dibalik tato – tato dan sikapnya, orang – orang tidak dapat mengira kalau Renji sangat menyukai makanan manis.

 “Renji! Ada apa?”

 “Itu kata – kataku! Aroma apa ini? Apa yang kau buat?” Ia melangkah mendekati Rukia dan bertanya, “Ini bubur kacang manis?”

 “Ini shiratama zenzai. Aku membawa tepung dari Dunia Manusia. Rasanya sangat enak! …Aku ingin Nii-sama merasakannya juga.”

 “Hm.. kalau begitu, biarkan aku merasakannya lebih dulu!”

 “Apa?! Apa kau bilang?!”

Renji membuka lemari terdekat dan mengambil sebuah mangkuk kecil. “Aku tidak bisa membiarkan Taichou memakan makanan sembarangan. Ini tugasku sebagai Fukutaichou-nya.!” Ia mengambil beberapa sendok bubur itu ke mangkuk dan menyeruputnya sebelum Rukia sempat bicara. Adonan yang lembut dan licin dengan pasta kacang manis yang dimasak dengan benar…

 “Whoa, ini benar – benar enak!” Kata Renji dengan tidak percaya. Mereka dulu berteman baik saat tinggal bersama di Inuzuri, distrik ke -78 di Rukongai Utara. Saat itu, keahlian memasaknya sangat buruk dan cukup untuk membuat seseorang menemui ajalnya, jadi Renji tidak pernah membiarkan Rukia memasak lagi. (Rukia benar – benar bisa memasak sesuatu seenak ini…) Renji menjadi sedikit tersentuh.

 “Apa yang coba kau lakukan? Memakan semuanya sendirian?” Rukia benar – benar salah paham dan mulai mencari sesuatu untuk menaruh shiratama-nya.

 “Tapi, Rukia.”

 “Ada apa?”

 “Kuchiki Taichou suka makanan yang pedas,” kata Renji saat Rukia kembali sambil membawa sendok.

 “Apa?! Benarkah?!

 “Aku tidak akan mendapatkan apapun walau aku berbohong.”

Rukia meletakkan sendoknya dan menyatukan kedua tangannya, berfikir. “Tapi… Aku tidak pernah merasa kalau makanan Klan Kuchiki itu pedas.”

“Benarkah? Apa kau yakin tidak ada yang salah dengan lidahmu?”

Wham!

“Ow!!” Renji tidak dapat menahan teriakannya saat ia ditendang bokongnya oleh Rukia.

Rukia kembali mengingat dengan tenang, bertingkah seperti tidak ada yang terjadi. “Mungkin mereka menggabungkan makanan manis dengan makanan pedas?”

 “Kau tanya saja pada koki – koki Klan Kuchiki.”

Rukia menganggukkan kepalanya ke Renji, yang masih mengelus bokongnya. “Benar. Renji! Tetap disini dan jaga makanannya ya!”

 “Apa?! Hey! Rukia!!”

Rukia berjalan pergi tanpa menghiraukan panggilan Renji.

 “Kalau begitu…” Renji mengambil kursi dan duduk di depan panci. Panci itu penuh sampai ke pinggir – pinggirnya. “Ini terlalu banyak. Apa yang ia ingin lakukan pada kadar gula dalam darah Taichou?

Di sebelahnya ada sendok milik Rukia.

 “Kalau aku hanya memakan 1 mangkuk… tidak menjadi masalah, kan?” Dengan sebuah mangkuk di tangan, Renji mulai menyiduk beberapa sendok shiratama tersebut.

Mansion Kuchiki

Dapur di mansion itu memiliki ukuran sebesar dapur yang ada di Pusat Pengobatan. Banyak koki hilir mudik dengan kesibukan masing – masing seiring panas menguak ke udara. Rukia meminta kepada koki penghias hidangan di dekat pintu untuk memangggil kepala koki yang sedang bertugas saat ini. Kepala koki yang muncul pun adalah seorang yang cukup pendek dengan berbagai macam pisau dapur bergelantung di pinggangnya.

 “Aku memiliki sebuah pertanyaan untukmu.”

 “Ya, tentang apakah?

 “Aku mengira Nii-sama suka memakan makanan manis, tetapi tadi aku mendengar bahwa ia malah menyukai makanan pedas…”

Si koki mengangguk. “Jadi mengenai itu. Itu benar. Makanan untuk Byakuya-sama memang lebih ke makanan yang pedas, sementara makanan untuk Rukia-sama lebih ke makanan yang manis.”

Jadi Dia dan Renji, keduanya sama – sama benar. “Mengapa… seperti itu?”

 “Karena Byakuya-sama yang memintanya.”

 “Nii-sama Ia...”

Melihatnya sangat bingung, si koki memberikan senyum lembut padanya. “Ini bukanlah hak kami yang berada di bawah untuk melihat maksud dari Byakuya-sama. Tetapi saat itu, Hisana-sama juga menyukai makanan manis.”

Hisana adalah nama dari Istri Byakuya yang telah meninggal dunia. Kenyataan bahwa Hisana, yang sangat memiliki kemiripan dengan Rukia, adalah kakak perempuannya merupakan sesuatu yang baru diterimanya beberapa hari ini.

Setelah membungkuk sopan pada Rukia, si koki kembali ke dalam dapur.

 (Nii-sama ternyata sudah peduli padaku selama ini dengan caranya sendiri…) Rukia merasa seakan kekosongan di hatinya yang telah terbentuk selama bertahun – tahun telah mulai terisi kembali.

Rukia kini berdiri di depan gerbang depan utama, menatap pada besarnya pintu tersebut. Ia selalu tidak menyukai tempat ini, merasa kalau pintu itu terlalu mulia, sangat mengesankan. Kapanpun Rukia melewati pintu itu, ia merasa sangat kecil dan tidak penting.

 (Mungkin aku dapat belajar untuk mulai menyukai pintu ini, dan rumah ini juga.)

Atap berwarna merah tua itu bersanding dengan warna biru sang langit.

Di bawah matahari senja, seperti bersinar layaknya riak di permukaan air.

Rukia berfikir, dari dari lubuk hatinya yang terdalam, hal itu sangatlah indah.

Kembali ke dapur.

 “Jadi, bagaimana?”

 “Aku memutuskan untuk membuat makanan yang pedas.”

Renji tiba – tiba mendepak punggung Rukia.

 “Hah…! Apa, apa yang kau lakukan?”

 “Tidak ada, dah dah!” Renji tertawa dan kemudian keluar dari dapur. “…Baguslah, Rukia,” Renji bergumam pada dirinya sendiri saat ia berjalan di koridor.

Rukia mengutuk Renji sambil mengelus – elus punggungnya, tetapi meskipun begitu ekspresi wajahnya mengatakan hal yang sebaliknya. Ia tau kalau Renji tidak benar – benar bermaksud untuk “memukul”nya

 (Kalau aku ingin membuat makanan pedas… lalu apa yang harus kulakukan dengan ini…) Rukia berfikir sambil menatapi sepanci penuh shiratama.

Karena seluruh penduduk Soul Society sedang sibuk, Rukia masih tidak memiliki waktu untuk duduk dan berbicara dengan atasannya, Taichou dari Divisi Tiga Belas Ukitake Juushirou. Ia mengambil panci tersebut dari kompor dan menutupinya. Tetapi sementara ia berhenti sejenak untuk beristirahat, shinigami pecinta makanan manis yang lain datang mencari sumber aroma yang tercium olehnya.

“Oh, Rukia!” Shinigami baru ini sangat terlihat seperti anak kecil, rambutnya berwana pink. Ialah Fukutaichou Divisi Sebelas, Kusajishi Yachiru. Yachiru melambaikan tangan dan melompat ke arahnya.

 “Kusajishi Fukutaichou, selamat siang!”

 “Ada yang beraroma enak.” Ia mengendus – endus, akhirnya menemukan sumber dari aroma tersebut, dan mengangkat tutup panci untuk mengeceknya.

 “Saya membuat shiratama zenzai.”

 “Aha, kelihatannya sangat enak!” Mata Yachiru pun bersinar. “Untuk siapa kau akan memberikannya?” Ia bertanya sambil menarik lengan baju Rukia.

 “Saya baru saja akan membawanya ke Divisi Tiga belas…”

 “Kalau begitu, aku akan membawakannya kesana untukmu.”

 “Tidak usah, saya tidak mungkin membuat seorang fukutaichou untuk melakukan hal seperti…”

 “Tidak apa apa.” Yachiru mengambil panci berisi shiratama zenzai yang beratnya kira- kira dua puluh kilo itu dan menaruhnya di atas kepalanya.

 “Ah, Kusajishi Fukutaichou….!”

“Serahkan saja padaku-!” Yachiru mengacuhkan keinginan Rukia untuk menghentikannya dan langsung berlari secepat mungkin layaknya angin, meskipun begitu, hal itu tidak membuat makanannya tumpah barang setetes pun. Saat Rukia ingin lari mengejarnya, Yachiru sudah tak terlihat dimanapun.

1 komentar:

  1. ya ampuuun..aku lagi gugling nyari resep shiratama zenzai. nemu blog ini & pas kubaca ternyata Bleach xD

    byakuya-sama.....so cool

    BalasHapus