a Citra Kuchiki -->

Sabtu, 25 Agustus 2012

Bleach : Honey Dish Rhapsody Part 5


Barak Divisi Tiga Belas


Di bagian dalam barak, bagian ujung dari lorong yang sangat panjang, di tempat yang jauh dari gangguan suara gaduh dan huru-hara, terletak di samping sebuah danau dan dikelilingi oleh bamboo, terdapat sebuah bangunan. Bangunan itu adalah ruang kerja Taichou Divisi Tiga Belas.

“Hai, Hai, Aku disini!” Yachiru berteriak di pintu bergorden.

Ukitake langsung keluar untuk menyambutnya. “Kusajishi? Dan ini juga pertama kalinya kau datang kemari.”

“Yah, Rukia memintaku untuk membawakan ini kesini!” Ia berkata, menunjuk pada panci di kepalanya.

“Ruki?”

“Yup, Kuchiki Rukia.”

“Oh, maksudmu Kuchiki.”

“Yup, Dia membuat ini!” Ukitake mengangkat penutupnya dan Yachiru menjelaskan, “Itu shiratama zenzai.”

“Kelihatannya enak sekali!... Tetapi, bagaimana aku bisa menghabiskan semuanya…”

“Aku bisa membantumu memakannya.”

“Benar juga! Aku bisa membaginya dengan Hitsugaya Taichou.”

 “Ah-----!” Yachiru terlihat sangat kecewa.
Ukitake tidak menyadari hal itu dan pergi ke dalam ruangan untuk mengenakan Haori Kaptennya. “Kau bisa ikut bersamaku, Kusajishi,” Ukitake tersenyum ceria dan menarik tangan Yachiru, yang saat itu sangat tidak bahagia dan tidak mau bergerak, dan bergerak meninggalkan ruangannya.

Barak Divisi Sepuluh, Kantor Administrasi

“Ini sudah semuanya.” Hitsugaya meletakkan kertas laporan yang menggunung dari atas mejanya ke dalam tempat mengumpul kertas – kertas laporan.

“Oh, Hitsugaya Taichou! Waktunya tepat sekali!”

Hitsugaya menoleh ke arah suara itu berasal dan melihat Ukitake berjalan ke arahnya melewati koridor.

“Ukitake… Taichou…” Di balik Kapten yang tersenyum tersebut terdapat seorang lagi.”…dan Kusajishi.” Yachiru masih terlihat sangat kecewa.

“Kuchiki membuat ini. Aku datang kesini untuk membagi sebagian bersamamu.”

 “Oh. Begitu.”

Ukitake mengangkat penutup agar Hitsugaya dapat melihatnya. Tentu saja, pancinya masih berada di atas kepala Yachiru.

“Yang ‘bagian bawah panci’ terlihat tidak senang.”

Saat Hitsugaya mengatakannya, Ukitake menyadari untuk pertama kalinya kalau Yachiru sedang berperasaan tidak enak. Dari sudut ketinggian orang setinggi Ukitake, pancinya menutupi wajah Yachiru sepenuhnya.

“Maafkan aku, Kusajishi!!” Ukitake mengangkat panci dari kepala Yachiru. “Panci ini cukup berat.” Ukitake tersenyum lagi, seakan semua masalah sudah terselesaikan. Tapi, Yachiru masih terlihat tidak senang.

(Mungkin dia pikir ‘cepatlah biarkan aku memakannya.’) Mungkin karena sudut ketinggiannya sangat dekat dengan Yachiru, Hitsugaya cepat mengerti apa yang Yachiru pikirkan. Tetapi, saat Hitsugaya akan membuka mulutnya untuk memberitahukan hal ini pada Ukitake-

“Taichou, kau berbicara dengan siapa?” Pintu ruang resepsi terbuka dan Rangiku keluar dari dalamnya, berayun – ayun saat ia berjalan.

 “Oh, Matsumoto! Apa kau mabuk?”

“Oh, kalau bukan Ukitake Taichou. Minumlah bersama kami,” Ia berkata, menunjuk kea rah ruang resepsi.

“Oh...”

“Shuuhei membawa beberapa botol sake yang sangat bagus.”

“Kalau begitu, Aku akan meminum satu gelas!”

Rangiku tertawa dan menjawab, “Tentu saja!”

“Hei, jangan memaksa Ukitake untuk minum terlalu banyak,” Hitsugaya menasehati Rangiku. Ukitake Taichou mungkin saja terlihat tinggi dan gagah, tetapi sebenarnya fisiknya sangat lemah. Jika Ia memaksakan diri terlalu keras, ia mungkin bisa dirawat selama berhari – hari. Dan itulah yang dikhawatirkan oleh Hitsugaya…

“Panci apa itu? Apa itu milikmu?”

Kata – kata peringatannya tidak dihiraukan oleh Rangiku. (Sial! Dia tidak mendengarkan sama sekali!) Di samping kenyataannya Ia berteriak dalam hati, ia mencoba untuk bisa mengontrol amarahnya. Ia selalu mengulangi pada dirinya sendiri kalimat, ‘hanya anak kecil yang cepat marah pada hal – hal sepele,’ untuk menenangkan dirinya… tetapi saat ia bersama Rangiku, terkadang tidak ada cara untuk bisa menekan amarahnya.

 “Ah, kelihatannya enak!” Rangiku berkata.

“Kudengar kalau Kuchiki yang membuatnya,” kata Hitsugaya.

“Kuchiki yang membuatnya?”

Ukitake menjawab, “Ya.”

 “Apakah tidak apa kita juga memakannya?”

“Tidak masalah. Ini lebih dari cukup untuk kita semuanya disini. Aku akan membawa kembali sebagian ke Divisi Tiga Belas sendiri.”

 “Kalau begitu, kita tidak mungkin berdiri untuk merayakannya! Ayo masuk. Rangiku membuka pintu dan menghantar Ukitake masuk. “ Dan Taichou juga harus masuk.”

 “Tidak, aku…”

 “Ayolah!” Rangiku mendorong masuk Hitsugaya juga. “Kusajishi, apa yang kau marahkan? Aku akan mambagi sebagian milikku untukmu. Ayo.”

Hanya dengan satu kalimat itu, Yachiru mulai tersenyum kembali. “Baiklah, aku ingin semangkuk penuh, dan juga setinggi gunung.”

 “Oke, setinggi gunung!”

 “Benar sekali!”
                          
Setelah semuanya masuk, Rangiku pergi untuk membawa beberapa mangkuk dan peralatan makan dari Dapur Divisi Sepuluh.
Read More..

Bleach : Honey Dish Rhapsody Part 4


Pusat Pengobatan Umum, Lantai dua, Dapur

Aroma manis memenuhi setiap sudut ruangan.

“Sudah selesai…!” Rukia melepaskan topinya dan menghela nafas panjang. Sepanci penuh dengan shiratama zenzai berada di depannya.

 “Oh, bukankah itu Rukia?” Fukutaichou Divisi Enam, Abarai Renji, telah tergoda ke tempat ini karena aromanya. Meskipun dibalik tato – tato dan sikapnya, orang – orang tidak dapat mengira kalau Renji sangat menyukai makanan manis.

 “Renji! Ada apa?”

 “Itu kata – kataku! Aroma apa ini? Apa yang kau buat?” Ia melangkah mendekati Rukia dan bertanya, “Ini bubur kacang manis?”

 “Ini shiratama zenzai. Aku membawa tepung dari Dunia Manusia. Rasanya sangat enak! …Aku ingin Nii-sama merasakannya juga.”

 “Hm.. kalau begitu, biarkan aku merasakannya lebih dulu!”

 “Apa?! Apa kau bilang?!”

Renji membuka lemari terdekat dan mengambil sebuah mangkuk kecil. “Aku tidak bisa membiarkan Taichou memakan makanan sembarangan. Ini tugasku sebagai Fukutaichou-nya.!” Ia mengambil beberapa sendok bubur itu ke mangkuk dan menyeruputnya sebelum Rukia sempat bicara. Adonan yang lembut dan licin dengan pasta kacang manis yang dimasak dengan benar…

 “Whoa, ini benar – benar enak!” Kata Renji dengan tidak percaya. Mereka dulu berteman baik saat tinggal bersama di Inuzuri, distrik ke -78 di Rukongai Utara. Saat itu, keahlian memasaknya sangat buruk dan cukup untuk membuat seseorang menemui ajalnya, jadi Renji tidak pernah membiarkan Rukia memasak lagi. (Rukia benar – benar bisa memasak sesuatu seenak ini…) Renji menjadi sedikit tersentuh.

 “Apa yang coba kau lakukan? Memakan semuanya sendirian?” Rukia benar – benar salah paham dan mulai mencari sesuatu untuk menaruh shiratama-nya.

 “Tapi, Rukia.”

 “Ada apa?”

 “Kuchiki Taichou suka makanan yang pedas,” kata Renji saat Rukia kembali sambil membawa sendok.

 “Apa?! Benarkah?!

 “Aku tidak akan mendapatkan apapun walau aku berbohong.”

Rukia meletakkan sendoknya dan menyatukan kedua tangannya, berfikir. “Tapi… Aku tidak pernah merasa kalau makanan Klan Kuchiki itu pedas.”

“Benarkah? Apa kau yakin tidak ada yang salah dengan lidahmu?”

Wham!

“Ow!!” Renji tidak dapat menahan teriakannya saat ia ditendang bokongnya oleh Rukia.

Rukia kembali mengingat dengan tenang, bertingkah seperti tidak ada yang terjadi. “Mungkin mereka menggabungkan makanan manis dengan makanan pedas?”

 “Kau tanya saja pada koki – koki Klan Kuchiki.”

Rukia menganggukkan kepalanya ke Renji, yang masih mengelus bokongnya. “Benar. Renji! Tetap disini dan jaga makanannya ya!”

 “Apa?! Hey! Rukia!!”

Rukia berjalan pergi tanpa menghiraukan panggilan Renji.

 “Kalau begitu…” Renji mengambil kursi dan duduk di depan panci. Panci itu penuh sampai ke pinggir – pinggirnya. “Ini terlalu banyak. Apa yang ia ingin lakukan pada kadar gula dalam darah Taichou?

Di sebelahnya ada sendok milik Rukia.

 “Kalau aku hanya memakan 1 mangkuk… tidak menjadi masalah, kan?” Dengan sebuah mangkuk di tangan, Renji mulai menyiduk beberapa sendok shiratama tersebut.

Mansion Kuchiki

Dapur di mansion itu memiliki ukuran sebesar dapur yang ada di Pusat Pengobatan. Banyak koki hilir mudik dengan kesibukan masing – masing seiring panas menguak ke udara. Rukia meminta kepada koki penghias hidangan di dekat pintu untuk memangggil kepala koki yang sedang bertugas saat ini. Kepala koki yang muncul pun adalah seorang yang cukup pendek dengan berbagai macam pisau dapur bergelantung di pinggangnya.

 “Aku memiliki sebuah pertanyaan untukmu.”

 “Ya, tentang apakah?

 “Aku mengira Nii-sama suka memakan makanan manis, tetapi tadi aku mendengar bahwa ia malah menyukai makanan pedas…”

Si koki mengangguk. “Jadi mengenai itu. Itu benar. Makanan untuk Byakuya-sama memang lebih ke makanan yang pedas, sementara makanan untuk Rukia-sama lebih ke makanan yang manis.”

Jadi Dia dan Renji, keduanya sama – sama benar. “Mengapa… seperti itu?”

 “Karena Byakuya-sama yang memintanya.”

 “Nii-sama Ia...”

Melihatnya sangat bingung, si koki memberikan senyum lembut padanya. “Ini bukanlah hak kami yang berada di bawah untuk melihat maksud dari Byakuya-sama. Tetapi saat itu, Hisana-sama juga menyukai makanan manis.”

Hisana adalah nama dari Istri Byakuya yang telah meninggal dunia. Kenyataan bahwa Hisana, yang sangat memiliki kemiripan dengan Rukia, adalah kakak perempuannya merupakan sesuatu yang baru diterimanya beberapa hari ini.

Setelah membungkuk sopan pada Rukia, si koki kembali ke dalam dapur.

 (Nii-sama ternyata sudah peduli padaku selama ini dengan caranya sendiri…) Rukia merasa seakan kekosongan di hatinya yang telah terbentuk selama bertahun – tahun telah mulai terisi kembali.

Rukia kini berdiri di depan gerbang depan utama, menatap pada besarnya pintu tersebut. Ia selalu tidak menyukai tempat ini, merasa kalau pintu itu terlalu mulia, sangat mengesankan. Kapanpun Rukia melewati pintu itu, ia merasa sangat kecil dan tidak penting.

 (Mungkin aku dapat belajar untuk mulai menyukai pintu ini, dan rumah ini juga.)

Atap berwarna merah tua itu bersanding dengan warna biru sang langit.

Di bawah matahari senja, seperti bersinar layaknya riak di permukaan air.

Rukia berfikir, dari dari lubuk hatinya yang terdalam, hal itu sangatlah indah.

Kembali ke dapur.

 “Jadi, bagaimana?”

 “Aku memutuskan untuk membuat makanan yang pedas.”

Renji tiba – tiba mendepak punggung Rukia.

 “Hah…! Apa, apa yang kau lakukan?”

 “Tidak ada, dah dah!” Renji tertawa dan kemudian keluar dari dapur. “…Baguslah, Rukia,” Renji bergumam pada dirinya sendiri saat ia berjalan di koridor.

Rukia mengutuk Renji sambil mengelus – elus punggungnya, tetapi meskipun begitu ekspresi wajahnya mengatakan hal yang sebaliknya. Ia tau kalau Renji tidak benar – benar bermaksud untuk “memukul”nya

 (Kalau aku ingin membuat makanan pedas… lalu apa yang harus kulakukan dengan ini…) Rukia berfikir sambil menatapi sepanci penuh shiratama.

Karena seluruh penduduk Soul Society sedang sibuk, Rukia masih tidak memiliki waktu untuk duduk dan berbicara dengan atasannya, Taichou dari Divisi Tiga Belas Ukitake Juushirou. Ia mengambil panci tersebut dari kompor dan menutupinya. Tetapi sementara ia berhenti sejenak untuk beristirahat, shinigami pecinta makanan manis yang lain datang mencari sumber aroma yang tercium olehnya.

“Oh, Rukia!” Shinigami baru ini sangat terlihat seperti anak kecil, rambutnya berwana pink. Ialah Fukutaichou Divisi Sebelas, Kusajishi Yachiru. Yachiru melambaikan tangan dan melompat ke arahnya.

 “Kusajishi Fukutaichou, selamat siang!”

 “Ada yang beraroma enak.” Ia mengendus – endus, akhirnya menemukan sumber dari aroma tersebut, dan mengangkat tutup panci untuk mengeceknya.

 “Saya membuat shiratama zenzai.”

 “Aha, kelihatannya sangat enak!” Mata Yachiru pun bersinar. “Untuk siapa kau akan memberikannya?” Ia bertanya sambil menarik lengan baju Rukia.

 “Saya baru saja akan membawanya ke Divisi Tiga belas…”

 “Kalau begitu, aku akan membawakannya kesana untukmu.”

 “Tidak usah, saya tidak mungkin membuat seorang fukutaichou untuk melakukan hal seperti…”

 “Tidak apa apa.” Yachiru mengambil panci berisi shiratama zenzai yang beratnya kira- kira dua puluh kilo itu dan menaruhnya di atas kepalanya.

 “Ah, Kusajishi Fukutaichou….!”

“Serahkan saja padaku-!” Yachiru mengacuhkan keinginan Rukia untuk menghentikannya dan langsung berlari secepat mungkin layaknya angin, meskipun begitu, hal itu tidak membuat makanannya tumpah barang setetes pun. Saat Rukia ingin lari mengejarnya, Yachiru sudah tak terlihat dimanapun.
Read More..

Bleach : Honey Dish Rhapsody Part 3


Barak Divisi Sepuluh, Kantor Administrasi

Hitsugaya dengan diam membaca dengan teliti kertas tugas yang ada di atas meja kerjanya, alisnya mengkerut semakin dalam.

Dan alasan dibalik itu adalah -

 “Tapi Rangiku-san, jam istirahat siang sudah lewat…”

 “Ahaha, tidak masalah! Orihime, kau benar – benar tulus!”

-             Ini.

Di sebelah kantor administrasi ada sebuah ruang resepsi untuk menjamu para tamu. Karena cuaca hari sangat indah, semua jendela yang ada di barak dibuka lebar – lebar agar membiarkan angin segar masuk. Tentu saja, ini berarti bahwa ia juga bisa mendengar semua yang percakapan dari ruang sebelah.

“Kami memiliki kapten yang sangat hebat yang membuat kami….., tidak ada masalah. Fukutaichou dari Divisi 10 Matsumoto Rangiku hanya  menaikkan suaranya saat memuji kebaikan kaptennya.

(Dia…!!) Di samping kenyataan bahwa Rangiku benar – benar tahu sang kapten dapat mendengarnya, ia masih saja tetap bermalas – malasan. Hitsugaya menahan amarahnya.

Rangiku menujukkan Orihima bagaimana untuk mengikat simpul pada seragam shinigami di ruang tamu/

 “Kalau begitu seperti ini, ya?”

 “Bukan, bukan seperti itu. Kau harus menempatkan bagian ini disini… ah, bagus! Sudah selesai!

Orihime memandang ikat simpul yang besar itu dan tersenyum. Ada beberapa shinigami wanita yang mengagumi Rangiku dan mengikuti caranya yang berbeda dalam mengikat simpul. Orihime bukanlah shinigami, tetapi ia mengagumi kecantikan dan keceriaan Rangiku seperti yang lain. “Terima kasih banyak!”

 “Tidak masalah… Ah Orihime, coba kesini sebentar.” Ia mengangkat tangannya dan memberi sinyal agar Orihime maju ke depan. “Satu hal lagi…”

“Apa aku melakukan kesalahan?”

Rangiku terlihat berpikir saat ia mencengkeram kerah milik Orihime.

 “Apa yang kau lakuka… Aaaaaaaaa!!” Orihime berteriak saat kerahnya secara tiba – tiba dibuka dengan lebar.

“Menurutku kau lebih cocok seperti ini, Orihime!”

Melihat kerah Rangiku yang terbuka lebar, membuat Orihime semakin tersipu. “A- Aku merasa tidak nyaman kalau seperti ini…” katanya sambil memperbaiki bajunya.

“Benarkah? Kau harus menghargai dan menonjolkan lagi apa yang kau miliki… Maksudku, tidak semua orang itu beruntung. Coba kau lihat Nanao, anak yang malang.”

 “Siapa yang anak malang!!” Berdiri di luar jendela adalah orang yang baru saja ia mengklaim berdada rata seperti jalan raya, Fukutaichou dari divisi 8, Ise Nanao.

 “Ah, Nanao! Karena kau sangat rata seperti jalanan, aku bahkan tidak melihatmu disana.”

“Bu – bukan itu masalahnya!” Nanao tiba – tiba memindahkan buku yang ada di bawah bersama tangannya ke depan dadanya, seperti ia sedang menyembunyikan sesuatu.

“…Tapi itu sangat menjadi masalah bagimu kan?”

“Apa yang ingin kau katakan, Matsumoto Fukutaichou?”


Rangiku hanya mengangkat bahu atas nada suaranya yang tajam. “Apa kau butuh sesuatu? Kalau kau mencari Kyoraku Taichou, dia tidak ada disini.”

“Oh… jadi dia tidak ada disini… Hmph, selalu tidak pernah peduli pada pekerjaan, selalu melakukan apa yang dia inginkan…!”

Rangiku melihat Nanao pergi. “Nanao memiliki pekerjaan yang sulit… Aku sangat beruntung bersama seseorang yang sangat hebat untuk bekerja.” Ia mengatakan dengan volume suara yang cukup keras agar sampai terdengar pada kaptennya yang sedang bekerja. “Ah!! Kyoraku Taichou?!”

Tiba –tiba duduk di samping Orihime, adalah seseorang yang baru saja dicari – cari oleh Nanao – Taichou dari divisi 8, Kyoraku Shunsui.

 “Ah, maaf sudah mengganggu.”

 “Apa? ‘Maaf sudah mengganggu?’ Aku baru saja bilang Anda tidak ada disini… Kalau Nanao berteriak padaku karena ini, kalau begitu ini adalah salahnya kapten!”Rangiku berkata seraya melipat tangannya didepan dada.

Orihime membelalakkan matanya. “Jadi orang ini yang dicari shinigami wanita barusan?

“Ini pertemuan pertamamu dengan Kyoraku Taichou?”

Ia mengangguk. Meskipun Orihime sudah melewatinya beberapa kali di sekitar Seiretei, ini merupakan pertama kalinya ia menyertakan nama dan divisinya.

 “Kalau begitu aku harus memperkenalkan diriku dengan benar.” Ia terbatuk sekali dan tersenyum seolah – olah dikelilingi  oleh ratusan kelopak bunga mawar yang tertiup angin. “Ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan wanita muda ini. Aku adalah Kyoraku Shunsui. Kau adalah ryoka…”

 “Ya! Saya Inoue Orihme! Mohon bantuannya!” Orihime tersenyum.

Rayuannya yang biasa ia lakukan pada gadis – gadis sepertinya tidak berpengaruh pada Orihime. “Orihime-chan… sangat imut!” Tetapi tetap saja, ia sangat senang. Ia selalu merasa senang setiap ia bersama – sama dengan gadis imut.

 “Jadi, untuk apa Taichou ada disini? Rangiku bertanya.

 “Yah, aku baru saja mengunjungi Kuriya dan bermaksud untuk membagi sebagian dari ini bersama Rangiku-san.” Ia membuka tas kertasnya dan mengeluarkan sebuah kotak yang bertuliskan “tokkuri saichu” dengan kaligrafi.

“Tokkuri… saichu?”

 “Oh, gadis dari Dunia Nyata dapat mengerti karakter yang sesulit ini. Menakjubkan!”

 “Haha, bukan apa – apa!” Orihime memiliki nilai – nilai yang bagus, cukup untuk bisa mendapatkan peringkat 3 dari seluruh angkatannya. Dan meskipun percakapan yang biasa dikatakannya terkadang membuat orang sulit untuk membayangkan, dia sesungguhnya sangat pintar.

 “Ini benar – benar enak! Aku akan membawa teh dan kita semua bisa membaginya!” Rangiku berdiri dan melongokkan kepalanya di jendela. “Apa kau ingin bergabung dengan kami, taichou?”

 “Tidak!” langsung dijawab dengan cepat.

Di waktu Rangiku kembali ke ruang resepsi dengan membawa the, Wajah Orihime benar – benar merah, dan kedua matanya berkeliaran kemana – mana.

 “Ada apa, Orihime?” Rangiku menekankan kedua tangannya ke bahu Orihime dan menatap wajahnya dengan seksama.

 “Ah, Rangiku-san! Apakah kau tau kalau saichu itu ikan paus… jadi kau harus memakannya dengan roti~!” Orihime terlihat seakan – akan tidak mengerti kata – kata yang ia katakan sendiri, atau dimana ia sekarang ini.

 “Apa yang Anda lakukan pada anak ini?” tanya Rangiku.

 “Aku tidak melakukan apapun,” kata Kyoraku. “Kami hanya makan saichu-nya bersama – sama.”

 Kyoraku menoleh ke Orihime berharap Orihime membenarkannya, tetapi Orihime  hanya berayun – ayun tidak jelas dan tidak meresponnya. Di depannya terdapat 3 bungkusan.

 “Ori – Orihime?!”

 Orihime tiba – tiba berhenti,  ia berposisi tegak, dan tiba – tiba… jatuh ke lantai. Untungnya, Rangiku langsung menangkapnya.

 “Ah, bahaya sekali…..!” Rangiku berkeringat dingin.

 “Sepertinya Orihime sudah dikalahkan oleh tokkuri saichu.”

Tokkuri saichu adalah sejenis wafer dengan isi. Isi ini terbuat dari pasta kacang merah, yang disiapkan dari kacang yang direbus bersama butir bir. Karena terbuat hanya dari butir bir terbaik, bahkan untuk mereka yang biasanya tidak menyukai rasa alcohol berfikir tokkuri saichu itu enak. Tetapi kandungan alkoholnya juga  cukup tinggi.

 “Orihime?! Kauu baik – baik saja?! Ori-hime-!!”

 “Orihime-chan – bertahanlah -!!”

Baru saja, pintu ruang tamu terbuka paksa. Hitsugaya akhirnya sudah mencapai pada batas maksimalnya. “Tidakkah kalian sudah cukup…!”

 “Taichou! Tepat waktu! Bawakan beberapa es! Es!!”

 “Ah, ide bagus! Gunakan saja Hyorinmaru…”
 “Mana mungkin aku mau melakukan hal seperti itu!!”

Hitsugaya taichou benar – benar memiliki pekerjaan yang sulit.

Read More..

Selasa, 03 Juli 2012

Bleach : Honey Dish Rhapsody Part 2

PART 2 of Honey Dish Rhapsody

Hanatarou sedang berlari.

Ia berlari melalui belakang barak divisi 4, sambil membawa tas yang sama seperti yang ia bawa kemarin. Disini, ada sebuah jalan pintas yang langsung menuju ke Pusat Pengobatan Umum.

 “Kursi ketujuh Yamada!” Mendengar seseorang memanggilnya, ia pun menghentikan langkah. “Di atas, di atas,” kata suara itu.

Hanatarou pun menoleh ke atas. “Ogido-sama!”

Pemegang Kursi Delapan dari Divisi Empat, Ogido Harunobo memunculkan kepalanya dari jendela lantai dua. “Kau tidak perlu memanggilku seperti itu. Aku itu adalah juniormu, kau tahu.”

 “Tetapi… Ogido-sama sudah menjadi pemegang Kursi Kedelapan tak lama setelah memasuki Divisi Empat, dan aku yakin kau akan melampauiku tak lama lagi.

 “Ahahaha, tidak mungkin!” Ogido tersenyum dan secara diam – diam menambahkan, “Kalau aku dipromosikan, pasti akan banyak tanggung jawab merepotkan yang harus dilakukan.”

 “Ah? Maaf, aku tidak bisa mendengarmu…”

 “Jangan khawatir. Aku hanya berbicara pada diriku sendiri.” Ogido tersenyum, membuat Hanatarou yang sebenarnya bingung, juga mengembalikan senyum kepadanya.
“Oh, ngomong – ngomong, Kursi Ketujuh Yamada…”

“Hm?”



 “Kursi Ketiga Iemura sedang mencarimu saat ini. Jika kau ingin melarikan diri, sebaiknya lakukan saja sekarang. Jika ia menemukanmu, siapa yang tahu hukuman aneh dan mesum seperti apa yang dapat terpikirkan olehnya…”

 “Ogido! Beraninya kau mengambil kesempatan untuk menghancurkan reputasiku…!” Ia berbalik dan melihat Kursi Ketiga dari Divisi Empat, Iemura Yasochika sedang berdiri disana dengan tubuh bergetar menahan amarah.

“Aiyaya!”
 “Diamlah! Kembali bekerja!”

 “Saya kerjakan, Saya kerjakan.”

 “Ucapkan sekali lagi!”

 “Saya kerjakan!”

 “Yamada! Jangan berani – berani kau bergerak!” Iemura berteriak dengan kencang dari jendela sebelum berlari menuju tangga.

(Mungkin masih ada waktu untuknya melarikan diri?) Ogido melihat dari jendela lagi. Hanatarou masih setia menunggu di bawah sana seperti yang telah dikatakan tadi. “… Apa yang kau lakukan? Jika kau tidak melarikan diri sekarang, Si Kursi Ketiga Mesum itu akan mendapatkanmu.”

 Hanatarou tertawa disamping masalah yang didapatnya. “Ah… bagaimana pun, aku masih menjadi pemimpin regu penolong. Jika aku tidak bekerja keras maka… Oh ya! Ogido-sama, bisakah kau memberikan ini kepada Kuchiki Rukia-san untukku?” Ia menghitung sampai tiga dan melempar tas itu ke atas.

Meskipun jaraknya cukup jauh dari jendela, Ogido masih dapat menangkapnya dengan mudah menggunakan satu tangan. “Apa ia ada di Pusat?”

“Ya.”
 “Apa yang ada di dalam?”
 “Pasta kacang.”

 “Pasta kacang?”

 “Ya. Rukia-san ingin membuat shiratama zenzai…” Ia berkata, sebelum suaranya tiba –tiba tertutupi oleh suara Iemura yang kencang “YAMADA……!!!”
 “Kalau begitu aku bergantung padamu!” Hanatarou merendahkan kepalanya saat Iemura datang sambil mengamuk.

 “Benar – benar orang yang tidak berguna…” Ogido bergumam, sebelum ia akhirnya pun pergi.

Pusat Pengobatan Umum, Lantai dua, Dapur

 “Harus selembut cuping telinga… harus selembut cuping telinga…” Rukia secara berulang bergumam kepada dirinya sendiri, seperti mengucapkan mantra. Tangan kanannya telihat sedang mengadoni adonan, sementara tangan kirinya bergerak menyusuri cuping telinganya sendiri.

Klan Kuchiki adalah salah satu dari empat keluarga bangsawan terbesar, posisi mereka sangat jauh di atas dirinya, bagaikan awan dan tanah. Dan sekarang, sang putri mereka tengah menggunakan topi memasak dan bergumul dengan adonan.

 “Benar – benar sangat menyentuh…”

Rukia tiba – tiba terlonjak akibat suara lelaki di belakangnya. “Siapa, siapa itu?” Dengan satu tangan yang masih berada di dalam adonan tepung, ia berbalik dan melihat ke belakang.

Ogido menunduk hormat kepada Rukia dan berkata, “Saya adalah Kursi Kedelapan dari Divisi Empat, nama saya Ogido Harunobo. Kursi Ketujuh Yamada meminta saya untuk memberikan ini pada Anda.”

 “Oh, milik Hanatarou… Dapatkah kau taruh di bawah sana? Kedua tanganku tidak dapat bebas bergerak saat ini.”

Ogido cukup terkejut akan cara berbicaranya yang saat sopan dan menjawab, “Saya mengerti.” Ia pun menaruh tas tersebut di tempat kosong di atas meja konter.

 “Ada apa dengan Hanatarou?”



 “Kursi Ketujuh tertangkap oleh Kursi Ketiga Iemura… Sepertinya ia tidak akan bisa bebas seharian ini.”

 “…Kalau begitu, dapatkah kau menyampaikan ucapan terima kasihku padanya? Bilang saja bahwa aku sangat menghargai bantuannya.”

 “Saya mengerti.”

Melihat Ogido menunduk hormat kepadanya lagi sebelum pergi, Rukia merasakan rasa sakit yang samar di dadanya. Untuk seseorang dari Rukongai seperti dirinya dihormati layaknya seorang bangsawan… masih membuatnya sangat tidak nyaman. Tetapi setelah memasuki Divisi 13, hal seperti ini sangat jarang terjadi. Dan setelah Ia pergi ke Dunia Manusia, Ia bahkan tidak bermasalah dengan kenangan itu.

 “Aku memang sangat beruntung…” Rukia memberikan rasa terima kasihnya kepada Surga, dan setelah itu, ia kembali memutar adonannya.
Read More..